Angkatan 2020
Angkatan ( Corona
) 2020
Pandemi berlalu berganti dengan istilah baru yang sering kita dengar, yaitu
“ New Normal “. Pembiasaan yang baru, yang selalu memperhatikan pembiasan
hidup bersih dan hidup sehat. Ini beriringan dengan kegiatan akhir sekolah,
yang menunjukkan siswa siswi sudah layak dipanggil “Wisudawan” , dan
lanjut ke jenjang yang lebih tinggi. Mulai dari jenjang MI ,SD , SMP, MTs, MA,
SMA, SMK Hingga Perguruan tinggi. Tidak sedikit Lembaga pendidikan dan Instansi
mengadakan “ Wisuda Virtual “ yaitu proses wisuda dilakukan secara
Daring, siswa Tidak perlu datang ke
sekolah untuk diwisuda, akan tetapi mereka cukup dari rumah masing masing. Kenapa
demikian, ini adalah bukti taat kepada pemerintah untuk Stay At Home selama
Pandemi dan New Normal ini, serta sekaligus berusaha memutus tali rantai
penyebaran Covid 19.
Tatkala Wisudawan
dipanggil, dalam agenda Wisuda itulah saat yang dinanti – nantikan, yang
dapat menggetarkan dada saat maju kedepan untuk mendapatkan mandat sebagai siswa
yang berhak melanjutkan jenjang yang lebih tinggi. Suatu kebanggaan tersendiri
dapat maju ke depan dan berdiri sejajar dengan kepala sekolah , Rektor yang
selaku orang nomor satu di lembaga tempat belajarnya. Tapi ini hanya jadi
harapan saja bagi mereka yang berada di zona merah ( istilah pemetakan
wilayah penyebaran Covid 19 ). Sudah pasti sangat tidak diperkenankan
mengadakan Wisuda yang menimbulkan berkerumunnya banyak orang. kita dapat
memberikan istilah baru yang mana Angkatan ini dapat dinamakan Angkatan (Corona) 2020.
Angkatan (Corona)
2020 merupakan angkatan Wisudawan yang kebetulan saat virus Corona
masih ada di suatu wilayah, Karena melihat
informasi penyebaran Virus Corona.
Sejarah akan mencatatnya dengan tinta emas yang tidak akan hilang dan
akan selalu terkenang sepanjang masa, dari generasi ke generasi. Sudah pasti
banyak dari siswa yang mengharapkan keadaan dan situasi lingkungan mereka
kembali seperti sediakala, dimana mereka bisa belajar dengan teman – teman mereka,
mereka bisa canda , tawa ,juga bisa saling mengisi diantara mereka, berkumpul
dengan teman – teman, arahan arahan guru yang selalu dinanti nantikan, kelas
tatap muka yang menyenangkan. Dan seterusnya.
Ini semua tidak
mematahkan semangat juang siswa untuk selalu berkarya, belajar, dan melanjutkan
jenjang yang lebih tinggi. Pada dasarnya lamanya belajar belum dapat dijadikan
tolak ukur untuk menjadikan siswa sukses nantinya. ketekunan dan kerja keras
serta do’alah yang dapat membantu dan menghantarkan ke pintu gerbang
kesuksesan. Kesuksesan dapat dilihat dari proses belajar mereka, karena “ proses
itu tidak akan membohongi hasil”. Proses memahami kemampuan diri itu sangat
penting saat belajar, sehingga akan dapat muncul yang namanya himmah
atau semangat jiwa untuk menjadi lebih baik. Dan semangat belajar yang lebih
baik dari sebelumnya.
Kebanyakan siswa
akan banyak bertanya saat mereka usai studi mereka, pertanyaan yang sering
muncul yaitu saya bisa apa ? saya akan kerja apa ? apa yang harus saya lakukan
setelah lulus ? saya melanjutkan studi dimana ? dan masih banyak lagi yang
lainnya. Terkadang sesaat berfikir bahwa selama studi tidak ada yang
dicapainya, sehingga mereka merasa minder dengan apa yang dimilikinya pada saat
itu. Menurut hemat saya Pada dasarnya setiap siswa itu memiliki kelebihan dan
kekurangan. Maka dengan cara instrospeksi diri, dan menggali jati
diri sekaligus memahami kemampuan pribadi itu sangat penting bagi
setiap siswa. guna menentukan langkah terbaik apa yang harus dilakukan siswa. jika
ini dilakukan maka pertanyaan diatas akan diganti dengan pernyataan. Saya
akan seperti ini, dan seperti itu, dan seterusnya.
Tidak sedikit sarjana
yang jadi pengangguran, karena prosentase peminat dunia kerja kantoran itu lebih
dominan, dan mengabaikan untuk menggali, mengasah kepribadian yang unggul dan
produktif. Jika kita melihat dari realita yang ada tidak sedikit mereka yang setelah
Lulus SMA / MA tidak melanjutkan studi mereka, ada juga yang setelah lulus SMA
lebih memilih masuk dunia bisnis yang bisa menjadikannya pengusaha sukses,
karena faktor ketekunan yang dimilikinya. Ada juga yang memilih bertani dan
mengabaikan studinya, ada juga yang memilih berdagang. Ini juga dialami sarjana
strata satu, yang memiliki kemiripan dalam memilih pilihan setelah usai
studinya.
Memupuk dan
mencermati kepribadian unggul itu penting, perlu diketahui Apa itu kepribadian
yang unggul dan produktif ? menurut hemat saya kepribadian yang unggul ialah
jati diri yang tepat guna dan tepat sasaran, yang dapat dimanfaatkan sesuai
dengan apa yang dikerjakan, dan juga dapat menciptakan hal baru yang sebelumnya
belum dapat dimaksimalkan. Seperti membiasakan pembiasaan baru, membuat penemuan
baru, membuat produk baru yang sebelumnya belum ada, dan seterusnya. Kepribadian
yang unggul dan produktif itu dimana kita harus memilih jalan yang tepat dan
sesuai dengan kemampuan dan wadah keilmuan kita. Kata – kata sederhana yang
mungkin perlu kita ingat yaitu, “lek pengen sukses cedekono wong sukses, lek
pengen ‘Alim cedekono wong sing ‘Alim” , ini berlaku juga kebalikannya.
Secara tidak
langsung Sarjana yang tergolong dalam Angkatan tahun 2020 ini akan menjadi
tombak pamungkas para generasi tua, guna melanjutkan perjuangan mereka untuk
selalu menjaga dan melestarikan bumi pertiwi ini. Dengan cara meningkatkan kualitas
studi mereka, kualitas ukhuwah insaniyah mereka, kreativitas mereka ,
beriringan dengan majunya bangsa ini. “ Adanya bangsa yang maju, terdapat
SDM yang Unggul dan dapat diandalkan”.
Keren mas. Tapi saya kurang sepakat dengan pandangan jenengan yang mengartikan; kepribadian yang unggul dan produktif sebagai jati diri yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan apa yang dikerjakan. Kalimat tersebut bagi saya nampak sarkastik dan menempatkan mereka-mereka (jebolan pendidikan) seolah terobjektifkan (red; terlanjur terjebak atau terperangkap) dalam sistem kehidupan yang timpang dan dipenuhi dengan kepentingan. Di lain pihak, kalimat itu juga menggiring pada pemahaman yang lebih determinan menempatkan jebolan pendidikan sebagai bahan eksploitasi empuk yang disesuaikan dengan kepentingan pihak-pihak yang memang berkepentingan tertentu. Itu berarti menunjukkan adanya hegemoni yang mengendalikan dan mengekang kebebasan kreativitas dan inovasi yang seharusnya diekspresikan oleh tiap-tiap jebolan pendidikan.Bagaimanapun, dalam pandangan saya, jebolan pendidikan itu harus memiliki jati diri yang kapabelitas; baik itu dalam ruang lingkup wawasan, pengalaman dan softskill yang dalam prakteknya memberi kemanfaatan bagi khalayak. Sederhananya, jebolan pendidikan itu memberi kemanfaatan atau bermanfaat terhadap bejibun kebutuhan khalayak. Bukan dimanfaatkan. Lebih tepatnya, posisi jebolan pendidikan dalam lingkungan sosial masyarakat adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan sekaligus sebagai penggerak kreativitas dan inovasi dalam menopang lajunya pelbagai aspek kehidupan. Pengontrol peradaban kehidupan masyarakat.
ReplyDelete🙏
personnya sendiri yang memanfaatkan pak,bukan orang lain yang memanfaatkan dalam pengertian diatas, jika sudah memanfaatkan maka bisa dikatakan " bermanfaat ". ini bicara personalnya sendiri, yaitu jati diri.
ReplyDeleteiya terimakasih saran yang membangun dari bapak, semoga kedepan bisa saya perbaiki.